Tuesday 22 April 2014

Biografi Ustadz Jefri Al Bukhori (Uje)



Bangkit dari masa lalu yang hitam, ia tampil membawa penyegaran dalam dunia dakwah. Dengan gaya dan bahasa yang khas ala anak muda ketika menyampaikan ceramah, sebutan ustadz gaul pun melekat padanya. Meski segmen pasar utamanya adalah kalangan anak muda, nyatanya ia dapat diterima oleh segala usia.

Putra ketiga dari lima bersaudara bernama lengkap Jefri Al Bukhori ini sejak kecil sudah diberikan pendidikan agama yang baik, termasuk mengaji, oleh kedua orang tuanya Alm. H. Ismail Modal dan Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana. Tak heran, berkat bimbingan orangtuanya, Jefri kecil sudah fasih dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Bahkan karena kepandaiannya itu, pria kelahiran 12 April 1973 ini berhasil mencatatkan prestasi saat masih duduk di bangku SD dengan menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) hingga tingkat provinsi.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia dan kedua orang kakaknya Abdullah Riyad (alm) dan Aswan Faisal menjadi santri di Pesantren Modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja Tangerang. Pola pendidikan pesantren yang disiplin tampaknya sedikit mengekang Uje yang kala itu tengah memasuki masa remaja, dimana ia tengah mencari jati diri. Namun, itu tidak serta merta membuat Uje jadi pribadi yang santun.

Semasa jadi santri, Uje dikenal dengan kenakalannya. Ia kerap tidur atau kabur dari pesantren untuk sekadar main dan nonton di bioskop saat teman-temannya sesama santri menunaikan sholat. Karena ulahnya, pihak pesantren terpaksa mengeluarkan Uje dari pondok pesantren tersebut. Akibatnya, Uje hanya mengecap 4 tahun dari 6 tahun yang seharusnya dijalani.

Setelah dikeluarkan dari pesantren, Uje dipindahkan ke Madrasah Aliyah (MA), sebutan untuk sekolah Islam setingkat SMA. Keluar dari pesantren rupanya bukan jawaban atas kenakalan Uje. Di MA, ia bukannya bertambah baik, tapi sebaliknya malah semakin nakal.

Meski nakal, Uje akhirnya berhasil merampungkan pendidikannya di tahun 1990. Setelah lulus, Uje melanjutkan studinya di akademi broadcasting. Kebetulan tepat di depan kampusnya yang terletak di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, terdapat sebuah wahana bilyard. Lagi-lagi karena Uje tak dapat menahan gejolak jiwa mudanya, kuliahnya terbengkalai karena ia terlampau sering menghabiskan waktu di tempat tersebut. Tak hanya itu, semasa kuliah ia kerap bergaul dengan para pemakai narkoba, di saat yang bersamaan ia juga mulai mengenal dunia malam.

Pada tahun 1991, Uje bekerja sebagai dancer di salah satu tempat hiburan malam. Di sela-sela waktu senggangnya, ia sering nongkrong di Institut Kesenian Jakarta. Di saat para pemain sinetron sedang latihan, kadang-kadang Uje menggantikan salah satunya. Itulah awal mulanya ia masuk ke dalam dunia hiburan, khususnya dunia seni peran.

Suatu ketika, ia pun akhirnya ikut casting dan mendapat peran dalam sebuah sinetron. Salah satu film yang pernah dibintanginya adalah Pendekar Halilintar. Kemampuannya dalam berakting bahkan pernah diganjar penghargaan sebagai pemeran pria terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI pada 1991.

Di saat Uje masih meraba ke mana arah hidupnya, tahun 1995 ia bertemu dengan seorang gadis yang kala itu berprofesi sebagai model sampul majalah remaja Aneka bernama Pipik Dian Irawati. Empat tahun menjalin kasih, Uje mantap menyunting
perempuan asal Semarang, Jawa Tengah itu pada 7 September 1999. Pernikahan yang digelar secara siri itu baru diresmikan dua bulan kemudian di kampung halaman mempelai
wanita. Keputusan itu terbilang berani, terlebih bagi Pipik, sang istri. Pasalnya, Uje saat itu masih menjadi pecandu narkoba. Namun ketergantungan sang suami pada barang haram itu tak menyurutkan cinta Pipik. "Tatapan matanya yang tajam dan kharismanya membuat saya jatuh hati," ujar Pipik, tersipu-sipu.

Uje mulai 'menemukan' Tuhan tatkala ia diajak umroh beserta ibu dan kakaknya untuk bertobat. Dapat menginjakkan kaki di tanah sang nabi mendatangkan sensasi tersendiri di hati Uje kala itu. Terlebih saat ia dapat bersandar di Ka'bah, seketika ia teringat pada masa lalunya, kelamnya kehidupan yang pernah ia jalani membuat air mata penyesalan mengalir deras dari matanya. Saking merasa berdosanya, ia membentur-benturkan kepalanya sambil meminta ampun kepada Allah SWT. Ia berharap segala dosa yang telah dilakukannya dapat diampuni.
Setelah bertekad untuk meninggalkan kemaksiatan, Uje mendapatkan amanah dari kakak tertuanya alm. Ust. H. Abdullah Riyad, untuk melanjutkan dakwah kakaknya di Jakarta, karena alm Ust. H. Abdullah Riyad mendapatkan kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame Islam Singapura) untuk menjadi Imam Besar di Masjid Haji Mohammad Soleh, bersebelahan dengan Maqam Habib Nuh Al Habsyi, Palmer Road, Singapura. Berawal dari usaha pertobatannya, sejak saat itu Uje mulai berdakwah. Meski demikian, usaha Uje untuk mensyiarkan agama Islam tak lantas berjalan mulus. Masa lalunya yang kelam kerap membuatnya dipandang sebelah mata oleh segelintir orang.

Seperti saat ia didaulat menjadi imam karena kepandaiannya melafazkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Namun, begitu mengetahui Uje yang akan menjadi imamnya, jamaah masjid itu pun seketika membubarkan diri. "Ngapain salat diimami sama tukang mabok," kata seorang jamaah, yang dituturkan kembali oleh Pipik. Kenyataan itu sempat membuat Uje merasa down kala itu. Ia berpikir, menjadi imam saja bubar, gimana mau berdakwah. Di saat seperti itulah peran keluarga yang mendorongnya untuk terus maju sangat berarti bagi Uje.

Akhirnya dengan kesabaran dan ketekunan sambil terus menambah ilmunya, Uje mulai berdakwah di majelis taklim, mushola, dan masjid. Ia berdakwah pertama kali di sebuah masjid di Mangga Dua. Pipik Dian Irawati, istrinya, menuliskan teks dakwah yang mesti disampaikan saat itu. Hasilnya, honor ceramah sebesar Rp 35.000 dia bawa pulang dan langsung diberikan kepada istrinya. "Inilah rezeki halal pertama yang saya kasih ke kamu," kata Uje kepada Pipik, sambil terisak-isak. Akhirnya perlahan-lahan tapi pasti, namanya mulai dikenal oleh masyarakat seperti sekarang ini. Sebagai pendakwah, Uje banyak dikagumi oleh berbagai kalangan.

Selain piawai menyampaikan ceramah keagamaan, kemampuan bermusik ayah empat anak itu pun cukup mumpuni. Kelebihannya itu ia gunakan ketika menyampaikan dakwahnya dalam bentuk lagu-lagu Islami. Debut albumnya, Lahir Kembali diluncurkan tahun 2006. Beberapa lagu diciptakannya sendiri dan dinyanyikan bersama
penyanyi lagu-lagu religi, seperti Opick.

Manusia boleh berencana tapi Tuhan jua yang menentukan. Uje meninggal dunia di usia yang terbilang muda, 40 tahun, setelah mengalami kecelakaan sepeda motor pada Jumat (26/4/2013) dini hari di kawasan Gedong Hijau, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kepergian Uje itu membuat banyak orang terkejut. Sejumlah tokoh dan ribuan jamaah melakukan sholat jenazah di Masjid Istiqlal dan mengantar jenazah ke pemakaman di TPU Karet, Jakarta Selatan. Beberapa hari sebelum wafatnya, Uje menyampaikan sebuah pesan dalam twitternya dengan tulisan, "Pada akhirnya semua akan menemukan yang namanya titik jenuh dan pada saat itu kembali adalah yang terbaik".

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/2509-dakwah-si-ustadz-gaul
Copyright © tokohindonesia.com

"Sebuah ungkapan ISTIMEWA dari Seorang Ustadz Jefry Al-Buchary ( Almarhum ) Untuk Istri TERCINTA"

✽ ENGKAU LAH BIDADARI SURGA KU ✽

❥ Setiap manusia punya Rasa cinta, yang mesti dijaga KESUCIAN nya..

❥ Namun ada kala insan tak berdaya,saat DUSTA mampir bertahta..

❥ Kuinginkan dia,yang punya setia,
Yang mampu menjaga KEMURNIAN nya..

❥ Saat ku tak ada,ku jauh darinya,amanah pun jadi PENJAGAnya..


❥ Hatimu tempat berlindungku,
dari kejahatan syahwatku..

❥ TUHAN ku merestui itu,
dijadikan engkau istriku..

❥ Engkaulah,BIDADARI Surgaku..

❥ Tiada yang memahami, segala kekuranganku,kecuali kamu, bidadariku..

❥ Maafkanlah aku,dengan kebodohanku, yang tak bisa MEMBIMBING dirimu..

❥ Hatimu tempat berlindungku,
dari kejahatan syahwatku..

❥ TUHAN ku merestui itu,
dijadikan engkau istriku..

❥ Engkaulah,BIDADARI Surgaku..

❥ Lyric Nasyid By : Ustadz Jefry Al-Buchary..

❥ SubhanALLAH,Semoga ALLAH Menempatkan Ustadz Jefry Al-Buchary di dalam Surga-NYA..

♥ ✽ Aamiin Yaa Rabbal'alamiin ✽ ♥


Tonton juga video slideshow "USTADZ JEFFRY AL BUKHORI DALAM KENANGAN" DIBAWAH INI SEBAGAI UNGKAPAN TURUT BERDUKA CITA SEMOGA BELIAU MENDAPATKAN TEMPAT YANG MULIA DISISI ALLAH SWT. AMIN AMIN AMIN YA ROBBAL 'ALAMIN.









Monday 21 April 2014

Asal Kejadian Manusia (Tanda Kebesaran Allah SWT)



Pernahkah kita memikirkan dari mana kita berasal, dari apa kita diciptakan, untuk apa kita hidup dibumi, dan kemana akan pergi ketika kita telah meninggalkan dunia ini. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini hanya sekedar mengingatkan agar kita tidak lupa tentang asal kejadian kita, lalu kembali lagi atas pertanyaan tersebut!.

Ada dua pokok yang harus kita ketahui, yaitu tentang asal kejadian manusia, dan yang kedua tentang cara kembali kepada Allah. Sesungguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah dengan kalam-Nya dan tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menampakkan keindahan yang ada pada diri-Nya, menunjukkan wujud-Nya kepada kita, bahwa sesungguhnya Allah itu ada dan kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang memiliki kesempurnaan akal dan ilmu. Seperti contoh sesuatu benih dari buah apel, ketika ia tumbuh akan memperlihatkan wujudnya yang nyata, yaitu adanya akar, batang, ranting, dan daun serta buah yang dapat kita lihat dan dinikmati. Begitu juga dengan Allah, Dia adalah Zat yang Maha Sempurna yang ingin menunjukkan kepada para malaikat akan kesempurnaan-Nya itu dengan menciptakan manusia yang dibanggakan oleh Allah Swt, dengan tujuan agar para malaikat mengetahui ilmu Allah yang hebat dan sudah selayaknya malaikat memuji Allah, walaupun ada sedikit intrupsi dan kemudian dijelaskan dengan kalam dan ilmu-Nya. Kemudian para malaikat tersungkur untuk bersujud dengan memuji Allah atas penciptaan-Nya yang Maha Sempurna itu. Nah itulah sebenarnya kenapa kita diciptakan, selain itu kita diperintahkan untuk mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tunggal. Lupakah kita dengan dengan asal kejadian kita dan tujuan Allah menciptakan kita. Semoga kita selalu tetap mengingat asal kejadian kita dan tidak akan pernah lupa.


Kita terkadang lupa atau tidak pernah mengingat bagaimana cara kembali kepada Allah, karena disibukkan oleh urusan dunia yang sungguh melelahkan, mengejar karir agar menjadi orang yang sukses dan terkenal di dunia, tetapi kita lupa untuk mengejar karir yang dapat membawa kita kepada kebaikan dan kesuksesan serta menjadi orang yang paling beruntung di dunia dan di akhirat, kita lebih suka dipuji oleh manusia daripada mendapat pujian Allah yang di dengar oleh seluruh malaikat dan makhluk yang lain, kita lebih suka menghabiskan umur kita untuk kesuksesan dunia, dari pada duduk bersimpuh menadahkan tangan, merendahkan bahu dan kepala kita kepada Allah untuk memohon keselamatan hidup di dunia dan hidup yang akan kita jalani setelah mati.

Jika kita selalu menyibukkan diri kita dalam masalah urusan dunia, lalu pertanyaannya bagaimana kita bisa kembali kepada Allah dengan selamat. Kembali adalah tempat yang berkesudahan, Allah swt. menjelaskan dalam hadis Qudsi yang berbunyi:
"Engkau adalah hamba-Ku, engkau hidup dengan Aku, karena Aku meniupkan dengan ruh-Ku, dan kepada-Ku engkau kembali, Aku ciptakan engkau supaya jadi tatapan pandangan-Ku, dan engkau jadi penghuni dari isim-Ku, Aku sujudkan engkau pada-Ku, Aku tuturkan engkau dengan kalam-Ku, dan aku bentukkan engkau supaya berhimpun dengan hadirat-Ku."


Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah memberikan cahaya atas petunjuk dari Allah di dalam hati kita, yang telah mengingatkan tentang asal kejadian kita, dan cara kembali kepada Allah, serta mengenalkan Allah swt. kepada kita. Semoga kita menjadi manusia yang beruntung dan kembali kepada Allah memiliki jiwa yang tenang serta mendapat ridha dari Allah swt. Amin

Semoga artikel ini bermanfa'at untuk kita semua. Wassalam



Untuk Lebih memahami, silakan tonton videonya dibawah ini.










Thursday 17 April 2014

Di Surga Tidak Ada Orang Tua?



Suatu hari ada seorang nenek yang bertanya sama Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa aku bisa masuk surga?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Di surga tidak ada orang tua.”

Mendengar jawaban itu, si nenek tentu saja terpukul dan sangat sedih. Namun kekecewaannya tidak berlangsung lama. Rasulullah SAW kembali berkata, “Di surga yang tinggal hanya mereka yang muda. Orang yang sudah tua di dunia akan kembali jadi muda saat berada di surga.”

Para ahli hadits, menilai humor Rasulullah SAW ini, selain melahirkan senyum, juga membawa kabar gembira. Terutama bagi kalangan lansia. Dimaksudkan agar para lansia terus meningkatkan keimanan dan amalnya kepada Allah SWT.

Di lain waktu, Rasulullah SAW juga bercanda dengan sahabatnya, Anas bin Malik. Beliau memanggil Anas dengan panggilan, “Wahai Pemilik Dua Telinga!”

Tentu saja ini humor yang benar dan tidak keluar jalur. Anas bin Malik pasti memiliki dua telinga, bukan empat telinga.

Humor dan cara bercanda Rasulullah SAW tidak pernah lepas kontrol. Apa yang dilakukannya, tidak pernah melanggar kesopanan dan tidak ada mudaratnya.

Dalam literatur Islam masa lalu, cukup banyak tokoh-tokoh muslim yang telah menghasilkan karya-karya humor. Namun humor dan canda mereka selalu mengandung unsur akidah, muamalah dan akhlak. Di antaranya Nasruddin Hoja, Hani al Arabiy, dan Abu Nawas.

Para tokoh humor ini, digambarkan sebagai manusia-manusia unik. Dari ucapan dan perbuatan mereka, semuanya mengandung pengajaran dan dakwah.

Jadi, di dalam Islam sama sekali tidak ada larangan humor dan cara bercanda. Tentu saja selama masih berada dalam koridor yang benar. Kita tidak diperbolehkan bercanda yang berlebihan hingga akhirnya jatuh pada ghibah atau olok-olok.

Misalnya, memanggil nama seseorang dengan julukan cacat yang dimilikinya. Sebagai contoh, seorang yang kakinya mengalami kecacatan sejak lahir hingga jalannya agak terpincang-pincang, lalu kita panggil dengan Si Pincang.

Meskipun panggilan itu benar, tapi bisa jadi olok-olok yang menyakitkan hati pemiliknya. Padahal, pastilah tidak ada orang yang ingin lahir dalam kondisi cacat.

Al Qur’an juga telah melarang dengan tegas sikap olok-olok ini seperti yang tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 11,

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan-perempuan lain, karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”



Sumber : Kanzunqalam's



Tuesday 15 April 2014

Biografi Abdullah Ibnu Abbas ra

Biografi Abdullah Ibnu Abbas ra




Abdullah bin Abbas adalah sahabat kelima yang banyak meriwayatkan hadist
sesudah Sayyidah Aisyah, ia meriwayatkan 1.660 hadits. Dia adalah putera
Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah dan ibunya adalah
Ummul Fadl Lababah binti harits saudari ummul mukminin Maimunah.


Sahabat yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang ini dijuluki dengan
Informan Umat Islam. Beliaulah asal silsilah khalifah Daulat Abbasiah. Dia
dilahirkan di Mekah dan besar di saat munculnya Islam, di mana beliau terus
mendampingi Rasulullah sehingga beliau mempunyai banyak riwayat hadis sahih
dari Rasulullah . Beliau ikut di barisan Ali bin Abi Thalib dalam perang
Jamal dan perang Shiffin. Beliau ini adalah pakar fikih, genetis Arab,
peperangan dan sejarah. Di akhir hidupnya dia mengalami kebutaan, sehingga
dia tinggal di Taif sampai akhir hayatnya.

Abdullah lahir tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi Shallallahu Alaihi
Wassalam mendoakannya "Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama
dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)".Allah mengabulkan doa Nabi-nya
dan Ibnu Abbas belakangan terkenal dengan penguasaan ilmunya yang luas dan
pengetahuan fikihnya yang mendalam , menjadikannya orang yang dicari untuk
di mintai fatwa penting sesudah Abdullah bin Mas'ud, selama kurang lebih
tiga puluh tahun. tentang Ibnu Abbas, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah
berkata :"Tak pernah aku melihat seseorang yang lebih mengerti dari pada
Ibnu Abbas tentang ilmu hadits Nabi Shallallahu alaihi Wassalam serta
keputusan2 yang dibuat Abubakar ,Umar , dan Utsman".

Begitu pula tentang ilmu fikih ,tafsir ,bahasa arab , sya'ir , ilmu hitung
dan fara'id. Orang suatu hari menyaksikan ia duduk membicarakan ilmu fiqih,
satu hari untuk tafsir, satu hari lain untuk masalah peperangan, satu hari
untuk syair dan memperbincangkan bahasa Arab. Sama sekali aku tidak pernah
melihat ada orang alim duduk mendengarkan pembicaraan beliau begitu khusu'
nya kecuali kepada beliau. Dan setiap pertanyaan orang kepada beliau, pasti
ada jawabannya".

Menurut An-Nasa'I, sanad hadits Ibnu Abbas paling Shahih adalah yang
diriwayatkan oleh az-Zuhri, dari Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utba, dari
Ibnu abbas. Sedangkan yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh
Muhammad bin Marwan as-Suddi Ash-Shaghir dan Al-Kalabi, dari Abi Shalih.
Rangkaian ini disebut silsilah Al-Kadzib (silsilah bohong).
Ibnu Abbas mengikuti Perang Hunain, Thaif, Penaklukan Makkah dan haji
wada'. Ia menyaksikan penaklukan Afrika bersama Ibnu Abu as-Sarah. Perang
Jamal dan Perang Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.
Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H. Ibnu al-Hanafiyah ikut menshalatkanya.
referensi : ahlulhadist.wordpress.com


Saturday 12 April 2014

PERAHU PENYELAMAT DI JEMBATAN NERAKA

Assalamu'alaikum wr. wb.

Sahabat yang seagama dan seiman, ketahuilah bahwa kelak di akhirat, ada sebuah jembatan yang terbentang antara neraka dan surga yang dikenal dengan Jembatan Shirath. Banyak manusia yang tak sanggup melewati jembatan itu hingga mereka terperosok masuk ke dalam neraka. Namun, ada pula segolongan umat yang justru selamat sampai surga hingga dengan mudah karena mengendarai perahu.
Lalu siapakah mereka itu...

Sumber kisah adalah Kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan Naar, sebuah karya agung seorang Imam Abdirrhim bin Ahmad Al-Qadhiy.

Jembatan Shirat

Kisahnya.
Disebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan jembatan yang berada di atas neraka, terletak di atas neraka, sebuah jembatan yang sangat licin dan dapat menggelincirkan. Jembatan ini memiliki 7 pos yang setiap posnya memiliki jarak 3000 tahun. 1000 tahun berupa tanjakan yang tinggi, 1000 tahun berupa daratan biasa, dan 1000 tahun berupa lereng yang curam.

Sedangkan lebar jembatan tersebut lebih kecil dan lebih lembut dari sehelai rambut, lebih tajam daripada pedang dan lebih malam daripada malam yang pekat. Di setiap gardu atau posnya memiliki 7 cabang, dimana setiap cabang bentuknya bagaikan panah yang ujungnya tajam.

Melihat ganbaran jembatan seperti itu, tak heran banyak orang yang tergelincir masuk neraka. Tapi ada sekelompok umat yang begitu mudahnya melewati jembatan itu bagaikan secepat kilat, namun ada pula yang begitu sulit dan lamban melewatinya.

Syafaat Rasul.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa sesungguhnya ketika manusia melewati jembatan, maka api neraka berada di bawah telapak kaki mereka, ada yang berada di atas kepala, ada yang berada di sebelah kanan atau kiri mereka dan di depan mereka.

Allah SWT berfirman,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ٧١
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا ٧٢

Artinya:
71. dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
72. kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut.

Sedangkan neraka itu selalu memakan tubuhnya mulai dari kulit sampai daging sehingga orang yang lewat di atas jembatan itu bagaikan arang hitam, kecuali orang-orang yang selamat dan diselamatkan, diselamatkan di sini dlam arti bahwa diselamatkan oleh Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa nanti pada hari kiamat, datanglah sekelompok umat lalu mereka naik ke atas jembatan itu dan Rasulullah SAW pun menoleh kepada mereka seraya berkata,
"Siapakah kalian?"
"Kami adalah umatmu...," jawab mereka.

Rasulullah SAW bersabda,
"Apakah kalian telah melaksanakan perintah-perintahku?"
"Tidak," kata mereka.
Kemudian Rasulullah SAW pun pergi meninggalkan mereka, hingga terjerumuslah mereka ke dalam neraka Jahnnam.

Kemudian datang lagi sekelompok umat lain dan Rasulullah SAW bertanya,
"Apakah kalian berada pada syariat Nabi kalian? Dan adakah kalian berjalan di atas jalan-Nya yang benar?"
"Ya," kata mereka.
Maka dapatlah mereka melewati jembatan itu, dan apabila mereka menjawab "tidak", maka terejrumuslah mereka ke dalam api nereka. Bagi mereka yang tergelincir ke dalam nereka, mereka selalu mengharap syafaat Rasulullah SAW.

Masjid Bisa Menjadi Penolong.
Inilah yang menjadi topik dalam kisah Islam ini, dimana masjid bisa menolong siapa saja yang selalu aktif menjalankan ibadah di dalam masjid itu.

Dalam suatu hadits diterangkan bahwa ada suatu kaum yang datang dan berhenti di atas Shirat seraya berkata,
"Siapakah gerangan yang bakal menyelamatkan kita dari api neraka, padahal kita tidak kuasa melewati jembatan ini."
Mereka menangis sejadi-jadinya mengharap pertolongan dengan amat sangat.

Lalu muncullah Malaikat Jibril dan bertanya kepada meraka,
"Apakah yang menghalangi kalian untuk melewati jembatan Shirat ini?"
"Kami takut dengan api neraka," jawab umat itu.
"Apakah ketika di dunia kalian menemui lautan? Bagaimana kalian menyeberanginya?" tanya Malaikat Jibril.
"Kami mengendari perahu," jawab umat itu.

Kemudian Malaikat Jibril mendatangkan kepada meraka sebuah masjid dalam bentuk perahu yang mana mereka pernah shalat di dalamnya. Maka duduklah mereka di atas masjid itu, melewati jembatan maut dan dikatakan (Jibril) kepada meraka,
"Inilah masjid-masjid yang telah kalian pergunakan untuk shalat berjamaah."

Subhanallah...
Semoga kita bisa melanggengkan shalat berjamaah di masjid, karena masjid itu bisa menolong kita melewati jembatan Shirat nantinya.

Riwayat bisa dibaca dalam kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan Naar, sebuah karya agung seorang Imam Abdirrhim bin Ahmad Al-Qadhiy.

Sumber: kisahislamiah.blogspot.com

Friday 11 April 2014

Mengenal Al-Imam Al-Mahdi  Menanti  Sang  Juru  Selamat  Akhir  Zaman

Mengenal Al-Imam Al-Mahdi Menanti Sang Juru Selamat Akhir Zaman


Sahabat Muslim dimana saja berada, sebelumnya kita telah membaca pada artikel sebelumnya tentang Tanda-Tanda Kemunculan Imam Mahdi. Bagi yang belum membaca silakan Baca Disini
Syariat sejatinya telah gamblang menjelaskan definisi dan menyuguhkan gambaran akan sosok Al-Imam Al-Mahdi. Namun bersemainya penyimpangan tak pelak menjadikan gambaran Al-Imam Al-Mahdi itu menjadi kabur.
Beriman akan Munculnya
Telah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengimani segala yang diberitakan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana ini menjadi konsekuensi persaksian kita: “Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar melainkan Allah dan agar mereka beriman kepada apa yang kubawa. Bila mereka melakukan itu maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haknya. Adapun perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Iman Bab Al-Amru bi Qitalin Nas Hatta.)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tegaskan:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Ini menunjukkan wajibnya beriman dengan segala yang diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik berita yang terkait dengan apa yang telah lalu atau yang akan datang. Termasuk di antaranya adalah akan munculnya Al-Imam Al-Mahdi.
Berita akan munculnya sosok penegak sunnah nan adil itu telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Bahkan tak sedikit dari para ulama yang menyatakan bahwa haditsnya mencapai derajat mutawatir secara makna, sehingga tiada lagi celah bagi siapapun untuk mengingkarinya. Di antara ulama yang menyatakan kemutawatiran hadits-haditsnya adalah Abul Hasan Muhammad bin Husain As-Sijzi (wafat 363 H), Muhammad Al-Barzanji (wafat 1103 H), As-Safarini, As-Sakhawi, Asy-Syaukani, Shiddiq Hasan Khan, Al-Kattani, dan lain-lain rahimahumullah.
Dan para ulama yang menyebutkan keshahihan hadits tentang Al-Mahdi sangat banyak, dari kalangan ulama terdahulu maupun belakangan. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu telah menyebutkan sebagian nama mereka, di antaranya 16 ulama yang saya sebutkan sebagiannya: Abu Dawud, Al-Qurthubi, Ibnu Taimiyyah, Adz-Dzahabi, Ibnul Qayyim, dan Ibnu Hajar rahimahumullah.
Sehingga ini menjadi salah satu akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. As-Safarini mengatakan: “Telah banyak riwayat yang menyebutkan akan munculnya Al-Mahdi sehingga mencapai derajat mutawatir secara makna. Dan itu telah tersebar di kalangan Ahlus Sunnah sehingga teranggap sebagai aqidah mereka….” –beliau menyebut hadits, atsar serta nama para sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata– “Dan telah diriwayatkan dari para sahabat yang disebutkan dan selain mereka dengan riwayat yang banyak, juga dari para tabi’in setelah mereka, yang dengan semua itu memberi faedah ilmu yang pasti. Maka mengimani munculnya Mahdi adalah wajib sebagaimana telah ditetapkan oleh para ulama dan tertulis dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, 2/84)
Beberapa Hadits tentang Al-Imam Al-Mahdi
1. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ – قَالَ زَائِدَةُ فِي حَدِيْثِهِ – لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي – أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي – يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِي، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
Bila tidak tersisa dari dunia kecuali satu hari –Za`idah (salah seorang rawi) mengatakan dalam haditsnya– tentu Allah akan panjangkan hari tersebut, sehingga Allah utus padanya seorang lelaki dariku –atau dari keluargaku–. Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya seperti nama ayahku. Ia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kedzaliman dan keculasan.” (Hasan Shahih, HR. Abu Dawud, Shahih Sunan no. 4282; sanadnya jayyid menurut Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam Al-Manarul Munif; At-Tirmidzi no. 2230, 2231; Ibnu Hibban no. 6824, 6825)
2. Dari ‘Ali (bin Abi Thalib) radhiyallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللهُ رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلَؤُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
Bila tidak tersisa dari masa ini kecuali satu hari, tentu Allah akan munculkan seorang lelaki dari ahli baitku (keluargaku) yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kecurangan.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 4283 Kitab Al-Mahdi dan ini adalah lafadznya, Ibnu Majah no. 4085, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi)
3. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
Al-Mahdi dari keluargaku dari putra Fathimah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan ini lafadznya, Shahih Sunan no. 4284, Ibnu Majah no. 4086, dan Al-Hakim no. 8735, 8736)
4. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلأَنْفِ، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ
Al-Mahdi dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung, memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kedzaliman, berkuasa selama 7 tahun.” (Hasan, HR. Abu Dawud no. 4285 dan ini lafadznya, Ibnu Majah no. 4083, At-Tirmidzi, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a Fil Mahdi no. 2232, Ibnu Hibban no. 6823, 6826 dan Al-Hakim no. 8733, 8734, 8737)
5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟
Bagaimana dengan kalian jika turun kepada kalian putra Maryam, sementara imam kalian dari kalian?” (Shahih, HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab Nuzul ‘Isa ibni Maryam, no. 3449; Muslim dalam Kitabul Iman Bab Fi Nuzul Ibni Maryam, 2/369, 390)
6. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
Masih tetap sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran. Mereka unggul sampai hari kiamat, lalu turun ‘Isa putra Maryam. Maka pemimpin mereka mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Ia menjawab: ‘Tidak, sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim dalam Kitabul Iman Bab La Tazal Tha`ifah min Ummati, 2/370, no. 393)
Hadits-hadits yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukkan dua hal:
Pertama: Ketika turunnya ‘Isa bin Maryam dari langit, yang memegang kepemimpinan muslimin ketika itu adalah seorang dari mereka.
Kedua: Keberadaan pemimpin mereka untuk shalat, lalu ia mengimami muslimin, serta permintaannya kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam saat turunnya untuk mengimami mereka. Ini semua menunjukkan keshalihan pemimpin tersebut dan bahwa ia berada di atas petunjuk.
Dan (dalam hadits) itu walaupun tidak ada penegasan dengan lafadz Al-Mahdi, tetapi menunjukkan sifat orang yang shalih yang mengimami muslimin di waktu itu. Dan terdapat hadits-hadits dalam kitab-kitab Sunan maupun Musnad serta lainnya, yang menerangkan bahwa hadits-hadits yang ada dalam dua kitab shahih itu menunjukkan bahwa orang shalih tersebut bernama Muhammad bin Abdullah dari keturunan Al-Hasan bin ‘Ali, yang disebut dengan Al-Mahdi. Dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sebagiannya menerangkan sebagian yang lain. Di antara hadits yang menunjukkan hal itu adalah hadits yang diriwayatktan oleh Al-Harits ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya dengan sanadnya dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ: تَعَالَ، صَلِّ بِنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ، تَكْرِمَةُ اللهِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ
Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi mengatakan: ‘Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.”
Hadits ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Al-Manarul Munif: “Sanadnya bagus.” (Abdul Muhsin Al-‘Abbad, ‘Aqidatu Ahlil Atsar. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 2236)

Nama Al-Imam Al-Mahdi dan Nasabnya


Nama beliau adalah Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Seperti dalam hadits yang lalu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: “Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku.”
Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285) dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)
Oleh karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dia adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan Fathimah) Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik, memberinya pemahaman serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)

Sifat Fisiknya


Di antara sifat fisiknya adalah sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Dawud (no. 4285) dan yang lain:
أَجْلَى الْجَبْهَةِ Artinya, “Tersingkap rambutnya dari arah kepala bagian depan,” atau “Dahinya lebar.”
أَقْنَى اْلأَنْفِ “Hidungnya mancung, ujungnya tajam, bagian tengahnya agak naik.”
Al-Qari mengatakan: “Maksudnya, beliau tidak pesek, karena yang demikian adalah bentuk yang tidak disukai.”

Menebar Keadilan

Di antara sifat Al-Mahdi adalah bahwa ia menebar keadilan dan melenyapkan kedzaliman serta keculasan. Sebagaimana tersebut dalam hadits: “Memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman.” (HR. Abu Dawud no. 4282, 4283, 4285)
Sehingga disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda:
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قَصَرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيْهِ أُمَّتِي نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوْسٌ فَيَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ أَعْطِنِي. فَيَقُولُ: خُذْ
Akan datang pada umatku Al-Mahdi bila masanya pendek maka tujuh tahun, kalau tidak maka 9 tahun. Maka umatku pada masa itu diberi kenikmatan dengan kenikmatan yang tidak pernah mereka rasakan yang semacam itu sama sekali. Mereka diberi rizki yang luas. Mereka tidak menyimpan sesuatu pun. Harta saat itu berlimpah sehingga seseorang bangkit dan mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku.’ Diapun menjawab: ‘Ambillah’.” (Hasan, HR. Ibnu Majah no. 4083, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi, 4/412, dan Al-Hakim no. 8739. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu menghasankannya)
Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan:
فَيَجِيْءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ، أَعْطِنِي، أَعْطِنِي. قَالَ: فَيَحْثِي لَهُ فِي ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ
Sehingga datang kepadanya seseorang seraya mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku, berilah aku.’ Nabi mengatakan: “Maka Mahdi menuangkan untuknya di pakaiannya sampai ia tidak dapat membawanya.”
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Di masanya, buah-buahan banyak. Tanam-tanaman lebat, harta benda melimpah. Penguasa benar-benar berkuasa, agama menjadi tegak, musuh menjadi hina, kebaikan terwujud di masanya terus-menerus.” (An-Nihayah Fil-Malahim 1/18, Program Maktabah Syamilah)
Dalam riwayat Al-Hakim, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِي الْمَالَ صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعاً أَوْ ثَمَانِيًا – يَعْنِيْ حِجَجًا -
“Muncul di akhir umatku Al-Mahdi. Allah menyiramkan hujan, sehingga bumi mengeluarkan tanamannya. Ia membagi harta secara merata. Binatang ternak semakin banyak, umat pun menjadi besar. Ia hidup selama 7 atau 8 –yakni tahun–.” (HR. Al-Hakim, Kitabul Fitan wal Malahim no. 8737. Beliau mengatakannya sebagai hadits yang shahih sanadnya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Khaldun. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Ash-Shahihah, 4/40, hadits no. 1529)

Waktu Munculnya

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi disebutkan: “Ketahuilah, yang sudah dikenal di kalangan seluruh pemeluk Islam sepanjang masa bahwa di akhir zaman pasti muncul seorang dari ahlul bait (keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang membela agama dan menebarkan keadilan, serta diikuti oleh muslimin. Ia juga menguasai kerajaan-kerajaan Islam. Ia dijuluki Al-Mahdi. Juga tentang keluarnya Dajjal serta tanda-tanda kiamat sesudahnya yang terdapat dalam kitab Shahih, muncul setelahnya. Dan bahwa kemunculan ‘Isa juga setelahnya, kemudian beliau membunuh Dajjal. Atau ‘Isa turun setelahnya lalu membantunya untuk membunuh Dajjal kemudian bermakmum kepada Mahdi dalam shalatnya.” (Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi)
At-Tirmidzi rahimahullahu meriwayatkan dari Zir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي
Dunia tidak akan lenyap hingga seorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku.” (HR. At-Tirmidzi no. 2230, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi, 4/438 dan beliau mengatakan: “Hasan shahih.” Demikian pula yang dikatakan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Dari sini, berarti munculnya Al-Imam Al-Mahdi adalah di akhir zaman sekaligus mengawali tanda-tanda besar akan datangnya kiamat. Namun sebagian ulama sempat ragu, apakah Mahdi ini sebagai awal tanda yang besar atau tanda yang lain. Sebagian ulama menyatakan dengan yakin bahwa Mahdi sebagai tanda pertama, lalu berturut-turut datang tanda yang lain. Di antara yang menyebutkan dengan tegas yang demikian adalah Muhammad Al-Barzanji rahimahullahu (wafat 1103 H). Beliau mengatakan dalam bukunya Al-’Isya`ah li Asyrath As-Sa’ah: “Bab Ketiga, tanda-tanda besar dan tanda-tanda yang dekat, yang setelahnya tibalah hari kiamat, dan itu juga banyak. Di antaranya Al-Mahdi, dan itu yang pertama.” (dinukil dari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi Al-Muntazhar)
Adapun Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Munculnya, nanti di akhir zaman. Dan saya kira, keluarnya adalah sebelum turunnya ‘Isa bin Maryam, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang berkaitan dengan hal itu.”
Masa Kekuasaannya
Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi:
إِنَّ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيَّ يَخْرُجُ يَعِيْشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا -زَيْدٌ الشَّاكُّ- قَالَ: قُلْنَا: وَمَا ذَاكَ؟ قَال: سِنِيْنَ.
“Sesungguhnya pada umatku ada Al-Mahdi. Ia muncul, hidup (berkuasa) 5 atau 7 atau 9.” –Zaid (salah seorang rawi/periwayat) ragu–. Abu Sa’id mengatakan: “Apa itu?” Beliau menjawab: “Tahun.”
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ
Akan datang pada umatku Al-Mahdi, bila masanya pendek maka 7 tahun, kalau tidak maka 9 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4083)
Dengan perbedaan riwayat ini, maka Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: Ini menunjukkan bahwa paling lama masa tinggal (kekuasaan)-nya adalah 9 tahun, dan sedikitnya 5 atau 7 tahun.” (An-Nihayah Fil Malahim wal Fitan, 1/18, Program Maktabah Syamilah)
Sementara Al-Mubarakfuri mengatakan: “Yakni, keraguan itu berasal dari Zaid. Sementara dari shahabat Abu Sa’id dalam riwayat Abu Dawud: ‘dan menguasai selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Demikian pula dalam hadits Ummu Salamah dalam riwayat Abu Dawud dengan lafadz ‘maka dia tinggal selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Maka riwayat yang tegas lebih dikedepankan daripada yang ragu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 6/15, Program Maktabah Syamilah)

Asal Munculnya

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa munculnya dari arah timur atau Al-Masyriq. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan:
Munculnya Mahdi dari negeri-negeri timur bukan dari gua Samarra, seperti disangka oleh orang-orang bodoh dari kalangan Syi’ah.” (An-Nihayah Fil Malafim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam1. Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es’.” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi mengatakan: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh karena itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadits ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi).”
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari timur mendukung (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengokohkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang memiliki kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamai Al-Iqab.” (An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Beliau juga mengatakan: Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (idem, 1/17)
Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827, Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)

Proses Munculnya Al-Imam Al-Mahdi


Munculnya Al-Imam Al-Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul tanpa sebab dan tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah pada alam ini, yakni melalui proses yang menuju ke arah sana.
Menjelaskan hal itu, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “…Nabi memberikan kabar gembira tentang akan datangnya seseorang dari keluarganya dan beliau menyebutkannya dengan sifat-sifat yang menonjol. Di antara yang sifat terpenting adalah bahwa beliau berhukum dengan Islam dan menebarkan keadilan di antara manusia.
Jadi, pada hakikatnya beliau termasuk para mujaddid yang Allah Subhanahu wa Ta’ala munculkan di penghujung tiap 100 tahun, sebagaimana telah shahih berita (tentang hal ini) dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini (keberadaan mujaddid di tiap satu abad) juga bukan berarti tidak perlu berupaya mencari ilmu dan mengamalkannya untuk memperbarui agama. Sehingga, akan keluarnya Al-Mahdi tidaklah berarti bermalas-malasan karenanya, serta tidak bersiap atau beramal untuk menegakkan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi. Bahkan sebaliknya (beramal) itulah yang benar, karena Al-Mahdi tidak mungkin upayanya lebih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selama 23 tahun berbuat untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan menegakkan negaranya.
Maka kira-kira apa yang akan dilakukan Al-Mahdi seandainya ia muncul dan mendapati kaum muslimin dalam kondisi terpecah, berkelompok-kelompok dan ulama mereka (muncul) –kecuali sedikit dari mereka– (karena) orang-orang telah menjadikan mereka sebagai para pemimpin. Tentu (Al-Mahdi) tidak akan dapat menegakkan negara Islam kecuali setelah mempersatukan kalimat mereka dan menyatukan mereka dalam satu barisan serta dalam satu bendera.
Dan ini –tanpa diragukan– membutuhkan waktu yang panjang, Allah Maha Tahu tentangnya. Syariat serta akal, keduanya mengharuskan agar orang-orang yang ikhlas dari kalangan muslimin menjalankan kewajiban ini. Sehingga manakala Al-Mahdi keluar, tiada kebutuhan kecuali tinggal menggiring mereka kepada kemenangan. Kalaupun belum keluar, maka mereka pun telah melakukan kewajiban mereka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
Dan katakanlah: ‘Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalan kalian itu’.” (At-Taubah: 105) [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/42-43]
Wallahu a’lam.
1 Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Bendera itu bukanlah yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)
Bukan pula pasukan Thaliban yang di Afghanistan, sebagaimana yang disebut dalam poster berjudul Huru-Hara Akhir Zaman karya Amin Muhammad Jamaludin yang laris itu. Selebaran itu sendiri sarat dengan berbagai ramalan dan takwil (baca: penyelewengan makna) hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda hari kiamat. Hendaknya kaum muslimin tidak lekas terkesima dengan takwil semacam itu. Sebagaimana pula hal ini tidak berarti mengingkari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peristiwa akhir zaman.
(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar, ZA)



Thursday 10 April 2014

Tanda-Tanda Kemunculan Imam Mahdi


Para ulama membagi Tanda-tanda Akhir Zaman menjadi dua. Ada Tanda-tanda Kecil dan ada Tanda-tanda Besar Akhir Zaman. Tanda-tanda Kecil jumlahnya sangat banyak dan datang terlebih dahulu. Sedangkan Tanda-tanda Besar datang kemudian jumlahnya ada sepuluh. Alhamdulillah, Allah sayang sama umat manusia. Sehingga Allah datangkan tanda-tanda kecil dalam jumlah banyak sebelum datangnya tanda-tanda besar. Dengan demikian manusia diberi kesempatan cukup lama untuk merenung dan bertaubat sebelum tanda-tanda besar berdatangan.


Banyak pendapat mengatakan bahwa kondisi dunia dewasa ini berada di ambang datangnya tanda-tanda besar Kiamat. Karena di masa kita hidup dewasa ini sudah sedemikian banyak tanda-tanda kecil yang bermunculan. Praktis hampir seluruh tanda-tanda kecil kiamat yang disebutkan oleh Nabishollallahu ’alaih wa sallamsudah muncul semua di zaman kita. Maka kedatangan tanda-tanda besar tersebut hanya masalah waktu. Tanda besar pertama yang bakal datang ialah keluarnya Dajjal. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa sebelum munculnya Dajjal harus datang terlebih dahulu Tanda Penghubung antara tanda-tanda kecil kiamat dengan tanda-tanda besarnya. Tanda Penghubung dimaksud ialah diutusnya Imam Mahdi ke muka bumi.

Dalam sebuah hadits Nabishollallahu ’alaih wa sallammengisyaratkan bahwa Imam Mahdi pasti datang di akhir zaman. Ia akan memimpin ummat Islam keluar dari kegelapan kezaliman dan kesewenang-wenangan menuju cahaya keadilan dan kejujuran yang menerangi dunia seluruhnya. Ia akan menghantarkan kita meninggalkan babak keempat era para penguasa diktator yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya dewasa ini menuju babak kelima yaitu tegaknya kembali kekhalifahan Islam yang mengikuti manhaj, sistem atau metode Kenabian.

لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ

رجل مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي

يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR abu Dawud 9435)

Lelaki keturunan Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallamtersebut adalah Imam Mahdi. Ia akan diizinkan Allah untuk merubah keadaan dunia yang penuh kezaliman dan penganiayaan menjadi penuh kejujuran dan keadilan. Subhanallah…! Beliau tentunya tidak akan mengajak ummat Islam berpindah babak melalui perjalanan tenang dan senang laksana melewati taman-taman bunga indah atau melalui meja perundingan dengan penguasa zalim dewasa ini apalagi dengan mengandalkan sekedar ”permainan kotak suara”..! Imam Mahdi akan mengantarkan ummat Islam menuju babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah melalui jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallamdan para sahabatnya, yaitu melalui al-jihad fi sabilillah.






Imam Mahdi akan berperan sebagai panglima perang ummat Islam di akhir zaman. Beliau akan mengajak ummat Islam untuk memerangi para Mulkan Jabriyyan (Para Penguasa Diktator) yang telah lama bercokol di berbagai negeri-negeri di dunia menjalankan kekuasaan dengan ideologi penghambaan manusia kepada sesama manusia. Bila Allah mengizinkan Imam Mahdi untuk menang dalam berbagai perang yang dipimpinnya, maka pada akhirnya ia akan memimpin dengan pola kepemimpinan berideologi aqidah Tauhid, yaitu penghambaan manusia kepada Allah semata. Banyak ghazawat (perang) akan dipimpin Imam Mahdi. Dan –subhaanallah- Allah akan senantiasa menjanjikan kemenangan baginya.


تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ

ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ

“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal,dan Allah beri kalian kemenangan.” (HR Muslim 5161)

Lalu apa sajakah indikasi kedatangan Imam Mahdi? Dalam sebuah hadits Nabishollallahu ’alaih wa sallammemberikan gambaran umum indikasi kedatangan Imam Mahdi. Ia akan diutus ke muka bumi bilamana perselisihan antar-manusia telah menggejala hebat dan banyak gempa-gempa terjadi. Dan kedua fenomena sosial dan fenomena alam ini telah menjadi semarak di berbagai negeri dewasa ini.


أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)

Hadits berikut ini bahkan memberikan kita gambaran bahwa kedatangan Imam Mahdi akan disertai tiga peristiwa penting. Pertama,perselisihan berkepanjangan sesudah kematianseorang pemimpin. Kedua, dibai’atnya seorang lelaki (Imam Mahdi) secara paksa di depan Ka’bah. Ketiga, terbenamnya pasukan yang ditugaskan untuk menangkap Imam Mahdi dan orang-orang yang berbai’at kepadanya. Allah benamkan seluruh pasukan itu kecuali disisakan satu atau dua orang untuk melaporkan kepada penguasa zalim yang memberikan mereka perintah untuk menangkap Imam Mahdi.


يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِنَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ

وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ


“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)



Saudaraku, sebagian pengamat tanda-tanda akhir zaman beranggapan bahwa indikasi yang pertama telah terjadi, yaitu perselisihan dan kekacauan yang timbul sesudah wafatnya seorang pemimpin. Siapakah pemimpin yang telah wafat itu? Sebagian berspekulasi bahwa yang dimaksud adalah Saddam Husein. Karena semenjak kematiannya, negeri Irak berada dalam kekacauan berkepanjangan. Wallahua’lam bish-showwab. Bila analisa ini benar berarti dewasa ini kita sudah harus bersiap-siap untuk berlangsungnya pembai’atan paksa Imam Mahdi di depan Ka’bah.

Saudaraku, bila ketiga peristiwa di atas telah terjadi, berarti Ummat Islam di seluruh penjuru dunia menjadi tahu bahwa Imam Mahdi telah datang diutus ke muka bumi. Panglima ummat Islam di Akhir Zaman telah hadir.. . Dan bila ini telah menjadi jelas kitapun terikat dengan pesan Nabishollallahu ’alaih wa sallamsebagai berikut:


فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

“Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Abu Dawud 4074)

Ya Allah, izinkanlah kami bergabung dengan pasukan Imam Mahdi. Ya Allah anugerahkanlah kami rezeki untuk berjihad di jalanMu bersama Imam Mahdi lalu memperoleh salah satu dari dua kebaikan: ’isy kariman (hidup mulia di bawah naungan syariat Allah) atau mut syahidan (mati syahid). Amin… 


Sumber : http://www.eramuslim.com