Sunday 26 February 2017

Masya Allah, Ternyata Muhammad Rasulullah itu Gondrong dan Super Ganteng



– Wahai orang orang yang beragama Islam dan beriman, siapa yang tak rindu akan sosok Nabi Muhammad SAW, siapa yang tak berbinar binar bila melihat sosok tersebut.

Indahnya dan nikmatnya bila berjumpa beliau SAW walaupun hanya sekedar bermimpi saat di dunia ini. Dan alangkah bahagianya bila kita yang beriman ini dijinkan Allah untuk bersama Rasul Mulia ini, duduk bersama dan berbicara dengan sosok mulia nan agung ini di surga kelak…

Sebelum bertemu beliau dalam mimpi dunia dan di Surga kelak InsyaAllah, ada perlunya, mengenal wajah dan kegantengan beliau melalui beberapa hadis hadis yang terjaga keshahihannya dibawah ini, agar menambah rasa rindu kita kepada Muhammad bin Abdullah, Rasulullah dan Nabi umat akhir zaman ini…

Dalam Hadis riwayat Al Bukhari menceritakan , Ahmad bin Said Abu Abdillah, menceritakan kepada kami, Ishaq bin Mashur menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dia berkata : Aku mendengar Al Barra bin Azib berkata, Nabi SAW adalah orang yang paling tampan wajahnya, dan paling bagus fisiknya, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.” (HR Bukhari no 3549)

Dalam riwayat hadis Bukhari no 3551, dituliskan : “Nabi SAW adalah orang yang berperawakan sedang, kedua bahunya bidang, dan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya. Aku pernah melihat beliau mengenakan jubah merah, tidak pernah kulihat orang lebih tampan darinya.”

Hadis riwayat Ahmad (Musnad Ahmad 4/290, 300 ) pun menukilkan hal yang hampir sama dengan tambahan sebagai berikut : “Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki jalinan rambut dan memakai jubah merah yang lebih indah dari rasulullah SAW, rambutnya menyentuh kedua bahunya. Kedua bahunya bidang, beliau tidak tinggi dan tidak pendek.”

Al Bukhari mencatat dalam riwayatnya no 3552 : “Apakah wajah Rasulullah SAW seperti pedang?” , Al Barra menjawab, “Tidak, tapi seperti rembulan.”

Ahmad dalam musnadnya mencatat, Jabir bin Samurah berkata;” Rambut depan Nabi SAW dan janggutnya beruban. Apabila beliau meminyaki rambutnya dan menyisirnya, maka uban tersebut tidak terlihat, tapi bila rambutnya berdebu, uban tersebut terlihat. Rambut dan janggutnya lebat.”

Dalam hadis riwayat Al Baihaqi , menceritakan Abu Ishaq berkata : Kutanyakan kepadanya, “Bagaimana perumpamaan wajah beliau SAW? Perempuan tersebut menjawab, “Seperti bulan purnama, aku belum pernah melihat orang yang seperti beliau, baik sebelum maupun sesudahnya.”

Dalam riwayat lain, dari jalur Ya’qub bin Sufyan “ dari Usamah bin Zaid menceritakan : “ Wahai Puteraku, kalau engkau melihatnya , maka engkau akan melihat seperti matahari terbit.”

Wahai Rasulullah…masyaAllah …semoga kami semua yang beriman dan bertauhid kepada Allah SWT, dan menjaga tauhid tersebut di dada dada kami hingga akhir nafas ditubuh ini agar dapat mendapatkan ganjaran Allah SWT untuk diijinkan bersamamu dan mengenalmu di Surga kelak…Aaamiin.

Dinukil dari Al Bidayah wa an Nihayah – Ibnu Katsir (Dz)/eramuslim.com

Saturday 25 February 2017

Kisah Nabi Khidr alaihi salam Menjadi Budak

Kisah Nabi Khidr alaihi salam Menjadi Budak


Suatu ketika Nabi Khidr AS berjalan di pasar dan bertemu dengan seorang budak mukatab. Melihat penampilannya yang saleh, walau tidak mengenalnya sebagai Nabi Khidr, budak itu berkata, “Bersedekahlah padaku, semoga Allah memberkahi engkau!!”

Tanpa memperkenalkan diri atau membuka identitas dirinya, Nabi Khidr berkata, “Aku percaya bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi, tetapi aku tidak memiliki sesuatu apapun yang bisa kuberikan kepadamu!!”

Sang budak berkata, “Aku meminta kepadamu bi-wajhillah, bersedekalah kepadaku, karena aku melihat wajahmu sebagai orang yang baik (saleh), karena itu aku mengharap berkah darimu!!”

Beliau berkata, “Aku beriman kepada Allah, tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kuberikan kepadamu, kecuali jika engkau ingin menjual diriku sebagai budak!!”

Budak itu terpana memandang Nabi Khidr seolah tidak percaya, dirinya sendiri sebagai budak, bagaimana mungkin bisa menjual orang merdeka sebagai budak? Kemudian ia berkata, “Apakah hal itu boleh dilakukan??”

Beliau berkata, “Engkau telah meminta kepadaku dengan atas nama Allah Yang Maha Agung, dan aku tidak bisa mengecewakan engkau demi Wajah Tuhanku. Juallah aku, dan pergunakanlah hasilnya untuk memenuhi kebutuhanmu!!”

Budak tersebut adalah budak mukatab, atau disebut juga budak kitabah, yakni yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan jika bisa membayar harganya walau dengan mengangsur. Ia juga tidak dibebani pekerjaan tuannya, dan bebas berusaha untuk memperoleh uang penebusan dirinya.

Mendengar penuturan Nabi Khidr tersebut sang budak sangat gembira. Ia segera membawa beliau ke tempat penjualan budak, dan terjual seharga empatratus dirham, cukup untuk membayar pembebasan dirinya. Tinggallah Nabi Khidr bersama ‘tuannya’ yang membelinya, tetapi selama beberapa hari lamanya beliau tidak diperintahkan apa-apa. Tampaknya orang yang membeli beliau itu orang yang baik, ia tidak tega ‘membebani’ beliau dengan pekerjaan karena beliau kelihatan sangat lemah dan berusai sangat tua.

Nabi Khidr merasa tidak enak karena orang itu telah membayar mahal tetapi tidak memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya. Suatu ketika tuannya itu akan pergi untuk suatu keperluan, beliau berkata, “Anda telah membeli diriku sebagai budak, maka perintahkanlah pada diriku untuk mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu, yang juga tidak mengetahui kalau budak yang dibelinya adalah Nabi Khidr, berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu, engkau tampak telah sangat tua dan lemah!!”

Beliau berkata, “Tidak ada sesuatu yang memberatkan diriku!!”

“Baiklah kalau engkau memaksa, “Kata orang itu, “Pindahkanlah batu-batu di halaman ini ke belakang!!”

Di halaman rumah orang itu memang banyak berserak batu-batu yang cukup besar, yang membutuhkan beberapa hari untuk dipindahkan ke belakang rumahnya. Jika dipindahkan dalam satu hari, membutuhkan setidaknya enam orang yang cukup kuat dan kekar. Belum setengah hari, orang itu telah kembali ke rumah dan batu-batu itu telah dipindahkan semuanya ke belakang. Orang itu berkata kepada Nabi Khidr, “Baik sekali pekerjaanmu, sungguh engkau mempunyai kekuatan yang tidak kusangka-sangka!!”

Suatu ketika orang itu memanggil Nabi Khidr dan berkata, “Aku akan pergi beberapa hari lamanya, jagalah keluargaku dengan baik!!”

Beliau berkata, “Baiklah, tetapi perintahkanlah pula aku mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu!!”

Beliau berkata lagi, “Tidak ada sesuatu yang akan memberatkan diriku!!”

Orang itu terdiam sejenak, ia sungguh tidak tega memberi beban pekerjaan kepada orang yang telah tampak sangat tua tersebut, tetapi karena memaksa, ia berkata, “Jika demikian, buatlah batu bata, aku akan membuat rumah setelah pulang dari perjalanan ini!!”

Tentu saja pekerjaan yang amat mudah bagi Nabi Khidr, bahkan lebih dari itupun beliau bisa melakukannya, karena beliau memang dikarunia Allah berbagai macam karamah. Beberapa hari berlalu, orang itu pulang kembali tetapi ia tidak menemukan tumpukan batu bata, sebaliknya ia melihat suatu rumah cukup megah, sesuai dengan yang direncanakannya, pada tempat yang disiapkannya. Ia tidak mengerti, padahal ia tidak pernah menceritakan gambaran rumah yang ingin dibangunnya kepada siapapun.

Orang itu segera menemui Nabi Khidr di tempatnya, dan berkata, “Aku akan bertanya kepadamu bi-wajhillah, siapakah sebenarnya engkau ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Engkau telah bertanya kepadaku dengan kata bi-wajhillah, dan kata bi-wajhillah itulah yang menjadikan aku sebagai budak. Aku sesungguhnya Khidr yang namanya telah sering engkau dengar ……!!”

Kemudian Nabi Khidr menceritakan peristiwa yang beliau alami sehingga menjadi budak, dan beliau menutup ceritanya dengan berkata, “Barang siapa yang diminta dengan perkataan bi-wajhillah, lalu menolak permintaan orang itu padahal ia mampu memberi, maka pada hari kiamat ia akan datang dengan jasad tanpa daging, dan nafasnya akan terengah-engah tanpa henti!!”

Perasaan orang itu bercampur baur antara senang, takut, haru, khawatir, dan berbagai perasaan lainnya. Siapakah orang saleh di masa itu yang tidak ingin bertemu dengan Nabi Khidr? Siapapun pasti menginginkannya, dan tanpa menyadarinya ia telah tinggal bersama beliau selama berhari-hari. Ia berkata, “Aku beriman kepada Allah, dan aku telah menyusahkan dirimu, wahai Nabiyallah, andaikata aku tahu tidak perlu terjadi peristiwa seperti ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Tidak mengapa, engkau adalah orang yang baik!!”

Orang itu berkata, “Wahai Nabiyallah, silahkanlah engkau mengatur rumah dan keluargaku sesuka engkau, atau bila ingin bebas dari perbudakan ini, aku akan memerdekakan!!”

Nabi Khidr berkata, “Aku ingin engkau memerdekakan aku, agar aku bisa bebas beribadah kepada Allah!!”









Maka orang itu memerdekakan beliau tanpa syarat apapun, dan Nabi Khidr berkata, “Maha Terpuji Engkau, ya Allah, yang telah mengikat aku dalam perbudakan, kemudian menyelamatkan aku darinya. Ya Allah, semoga Engkau menjadikan kami sebagai orang-orang yang berakhlak baik dan membantu saudara-saudara kami lainnya mencapai surga.”

Wednesday 8 February 2017

Kabarkanlah ! Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat


Sahabat 1001-Kisah Islami, mungkin kita sering kali mendengar kata sambutan di awal pidato atau saat memulai pengajian dengan kata “ semoga kita mendapat Syafaat dari baginda Rasullullah SAW kelak di hari kiamat”.

Ini adalah sekelumit “kisah Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat ”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.

Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”

Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”

Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”

Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”

Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”

Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”

Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”

Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”

Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”

Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”

Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”

Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”

Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”

***

Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..

Itulah sekelumit kisah masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. (hudzaifah)

Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari – Muslim.

Sumber : dakwatuna.com

Friday 3 February 2017

Mengenal Habib Rizieq Shihab


Latar Belakang Keluarga
Habib Muhammad Rizieq Syihab bin Husein Shihab (Pimpinan Front Pembela Islam:FPI) lahir di Jakarta 24 Agustus 1965, ayahnya bernama Sayyid Husein Syihab (alm), dan ibunya bernama Syarifah Sidah Al-Attas. Rumahnya terletak di Jl. Petamburan III No. 83, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di ujung gang rumahnya terdapat sebuah took/warung usaha minyak wangi dan perlengkapan shalat kepunyaan Habib Rizieq.

Ayahnya Sayyid Husein (alm) bersama kawan-kawannya pada tahun 1937 mendirikan PAI atau Pandu Arab Indonesia. Sebuah perkumpulan kepanduan yang didirikan orang Indonesia berketurunan Arab yang berada di Jakarta, yang selanjutnya menjadi PII atau Pandu Islam Indonesia. Di dalam diri Habib Rizieq Syihab mengalir darah Arab dan juga Betawi, status sosial beliau juga sebagai keturunan Habib dan mengaku sebagai keturunan ke-38 Nabi Muhammad SAW. Sebutan lain dari Habib adalah Sayyid. Sayyid (jamak dari Sadah) adalah kata yang berasal dari bahasa arab, yang artinya tuan. Sharif (jamak dari Sharaf) yang artinya dihormati adalah sinonim dari Sayyid. Sayyid adalah gelar dan tertuju kepada seseorang atau kelompok. Gelar ini identik untuk laki-laki, untuk perempuan adalah Sayyidah atau Syarifah. Sayyid tertuju kepada orang arab, khususnya yang mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad melalui cuu Beliau, Husein (anak dari Fatimah Az-Zahrah dan Ali bin Thalib).

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun yang masih berasal dari keluarga dan kalangan Habib. Dari hasil pernikahannya, Beliau dikarunia lima orang anak : Rufaidah Shihab, Humairah Shihab, Zulfa Shihab, Najwa Shihab, dan Mumtaz Shihab. Kelima anaknya disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Selain berjualan minyak wangi dan perlengkapan shalat, Habib Rizieq juga berdakwah dan mengajar di Jami’at Khair. Di rumahnya setiap malam Jum’at diadakan pengajian yang dimulai dari pukul 17.30 sampai 20.30, wirid yang dilafadzkan adalah Wirid al-Lathif dan Ratib Al-Haddad. Dua macam wirid ini populer di kalangan tarekat Haddadiyah , yang namanya diambil dari Sayyid atau Habib Abdullah al-Haddad, yang dinisbahkan kepada Imam Alawi bin Ubaidillah putra Imam Ahmad al-Muhajir yang dipandang sebagai founding father kaum Hadhrami, kelompok Sayyid yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Tarekat yang dianut oleh para Habaib adalah tarekat Alawiyyin/Alawiyyah, yang berasal dari kata Ba Lawi yaitu suatu marga yang berasal Sayyid Muhammad bin Alawi. Tarekat ini berbeda dengan tarekat lain pada umumnya, perbedaan itu dapat dilihat dari praktiknya yang tidak menekankan segi riyadhah (olah rohani) dan kezuhudan melainkan lebih menekankan kepada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta dzikir ringan.

Dari perspektif sejarah, kelompok Sayyid yang sekarang ada di Indonesia berasal dari Hadramaut. Hadramaut adalah salah satu provinsi di Yaman Selatan. Pada tahun 1885, orang Hadramaut yang berada di Indonesia berjumlah 20.000 orang, 10.888 berada di Jawa dan Madura, dan 9.613 berada di pulau lain. Tahun 1905, orang Hadramaut bertambah menjadi 30.000 orang. 19.148 berada di Jawa dan Madura, dan 10.440 berada di pulau lain. Menjelang tahun 1934, sekitar 20 sampai 30 persen orang Hadramaut menetap di Hindia Belanda (Indonesia), Afrika Utara, dan negara-negara laut merah. Orang Hadramaut umumnya tinggal di sekitar pantai, kota-kota besar seperti Batavia (Jakarta), Pekalongan, Semarang, dan Surabaya serta Palembang.

Riwayat Pendidikan
Pendidikannya sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Beliau juga sempat melanjutkan studi program Master (S2) di Universitas Anta Bangsa, Malaysia namun hanya sampai 1 tahun dan Beliau kembali ke Indonesia untuk melanjutkan dakwahnya.

Karier Habib Rizieq Syihab
Selain mengisi pengajian-pengajian, Habib Rizieq juga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Jami’at Khair sampai tahun 1996. Walaupun sudah tidak menjabat sebagai kepala sekolah, Beliau masih aktif mengajar di sekolah tersebut sebagai guru bidang fiqih atau ushul fiqh. Pengalaman organisasinya dimulai ketika Beliau menjadi anggota Jami’at Khair, ormas berbasis keturunan Arab dan Habib. Habib Rizieq juga pernah menjabat Dewan Syari’at BPRS At-Taqwa, Tangerang. Sebelum menjadi Ketua FPI, beliau pernah menjadi pimpinan atau pembina sejumlah majlis ta’lim se-Jabodetabek lalu dari mulai berdirinya FPI (tahun 1998) sampai 2002 menjabat sebagai Ketua Umum FPI, dan dari 2003 sampai sekarang menjabat sebagai Ketua Majelis Tanfidzi FPI.

Peran Habib Rizieq Dalam Tubuh FPI
FPI merupakan sebuah organisasi yang memiliki struktur. Adanya struktur menunjukkan bahwa hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya merupakan suatu ikatan atas-bawah secara hierarkis. Relasi atas-bawah itu berlangsung dalam sistem komando, dengan posisi puncak ditempati oleh Habib Rizieq. Selain sebagai pusat komando, Habib Rizieq juga merupakan sebagai pusat wacana. Ide dan gagasan yang berkembang dalam tubuh FPI berasal dari Habib Rizieq. Bagi kalangan pengikut FPI, buku Dialog Amar Ma’ruf Nahi Munkar bisa dikatakan sebagai kitab suci bagi kalangan pengikut FPI.

Posisi Habib Rizieq di posisi puncak komando dan wacana semakin kuat, hal ini dikarenakan adanya pencitraan positif terhadap dirinya dari para pengikut FPI tanpa disadari oleh diri Habib Rizieq sendiri. Pencitraan positif ini juga dikolerasikan dengan keimanan, pengetahuan, dan keberanian. Konsistensi (istiqamah) adalah refleksi keimanan; karya tulis, pendidikan tinggi, dan kedalaman ilmu adalah bukti keilmuan; tak gentar menghadapi tantangan dan resiko walau harus masuk penjara adalah bukti keberanian. Di mata pengikutnya, Habib Rizieq memiliki semua sifat dan citra positif ini.

Dalam kehidupan sehari-hari Habib Rizieq hidup sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari rumah Beliau yang kecil dan berada di gang kecil, itu pun masih mengontrak. Mobil yang Beliau gunakan pun masih kredit atau cicilan, padahal Beliau sangat mungkin untuk hidup secara kaya dan mewah dari jaringan social dan posisi yang Beliau pegang. Namun semua itu ditolak oleh Habib Rizieq untuk menikmati itu semua dan lebih memilih hidup apa adanya sambil terus berjuang.
Pilihan hidup ini membuat dan mempertahankan kedekatan jarak sosial Habib Rizieq dengan para pengikutnya sehingga Beliau tetap berada dalam kelas sosial budaya tdengan para pendukungnya. Dengan kata lain, pilihan Beliau untuk tetap hidup apa adanya menjaga Habib Rizieq berada dalam akar budaya dan sosial para pengikutnya.
Pencitraan positif ini telah menjadi bagian dari alat reproduksi pengaruhnya. Kenyataan lain yang membuat menguatnya citra positif Habib Rizieq di kalangan pengikutnya adalah adanya kedekatan Habib Rizieq dengan beberapa tokoh politik, pejabat, dan militer. Ada kebanggan di hati para pengikutnya ketika mereka tahu bahwa Habib Rizieq mempunyai relasi dengan Jendral Wiranto, Mayjen Jaja Suparman, Irjen Noegroho Djayusman, dan beberapa pejabat tinggi negara. Kebanggan ini telah memperkuat wibawa dan pengaruh Habib Rizieq.
Relasi kuasa di FPI terpusat pada satu orang atau satu tokoh, yaitu Habib Rizieq. Jika seseorang membicarakan FPI berarti orang tersebut juga sedang membicarakan Habib Rizieq, jika seseorang membicarakan Habib Rizieq berarti orang tersebut juga sedang membicarakan FPI. FPI merupakan transformasi dari Habib Rizieq, bisa dikatakan bahwa Habib Rizieq adalah FPI.

Kini Habib Rizieq harus berhadapan dengan berbagai macam kasus yang menjeratnya menjadi tersangka atas pelecehan Pancasila yang dituduhkan kepada beliau. Yang sebelumnya beliau sangat gigih berjuang untuk menyelamatkan negeri ini dari penguasa yang zholim dan dari paham komunisme serta menuntut keadilan kepada penguasa negeri ini agar penista agama diadili dan dipenjarakan dengan menggelar aksi damai bela Islam 411 dan 212 yang diikuti lebih dari 7 juta umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia yang berlangsung beberapa bulan yang lalu di Jakarta secara damai dan berhasil mempersatukan umat Islam di Indonesia bahkan dunia dengan adanya penistaan Al-Quran yang dilontarkan oleh calon gubernur Jakarta yang notabenenya adalah orang kafir yang beragama Kristen dengan sengaja mengutip surah Al-Maidah ayat 51 untuk memengaruhi masyarakat yang berada di Kepulauan Seribu agar tidak dibohongi oleh orang pakai surah Al-Maidah ayat 51 yang mengatakan umat Islam haram memilih pemimpin kafir. Namun sampai sekarang kasusnya hukumnya tak kunjung ada penyelesaian walau penista itu telah menyandang status terdakwah, tetapi dia tetap leluasa bebas dan tidak ditahan.


Habib Rizieq, FPI, dan ulama yang lurus dinegeri ini terus diserang oleh orang-orang yang bukan saja membenci Habib Rizieq sebagai pembina Front Pembela Islam,tetapi juga datang dari orang-orang yang anti Islam, baik dari kalangan orang-orang kafir juga datang dari kaum munafik.

Semoga Habib Rizieq dan para ulama serta umat Islam mendapatkan keredhoan dan kemenangan dari Allah, sehingga dapat menegakkan kalimat tauhid dibumi Indonesia yang kita cintai ini dan menjadikan negeri ini, negeri yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur dalam naungan Syariat Islam untuk mewujudkan cita-cita luhur para ulama terdahulu yang berjuang bukan hanya melawan penjajah, tetapi mengembalikan nilai-nilai moral keIslaman yang dirampas oleh penjajah dan menggantinya dengan ideologi dan hukum mereka.


Semoga bermanfaat dan salam cinta kepada semua kaum muslimin agar tetap Istiqomah dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Sesungguhnya yang haq itu akan menang dan yang batil itu akan lenyap dan keadilan itu akan tegak serta kezholiman itu akan musnah dengan pancaran cahaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.